L
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perhutanan sosial ibarat bahasa, penyampai gagasan bagaimana
masyarakat dapat memanfaatkan dan mendapatkan penghasilan tambahan dari
pengelolaan hutan bersama dengan pengusaha hutan,” kata Bambang Sukmananto,
Direktur Utama Perum Perhutani di sela-sela acara temu kangen pengagas social
forestry di CIFOR, Bogor beberapa waktu lalu. Perhutanan sosial pertama diperkenalkan pertama kali pada
tahun 1970-an menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pengelolaan hutan
bertujuan meningkatkan kesejahteraan sekaligus menjaga kelestarian hutan.
“Perhutanan sosial adalah inspirasi bagi keadilan sosial, yaitu pemanfaatan
hutan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat,” tambah Bambang Sukmananto. Hal senada dinyatakan, Harijadi
Himawan, Direktur Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan
Sosial. Perhutanan sosial, kata Harijadi, bisa digunakan sebagai mata rantai
penghubung antara isu pengelolaan hutan dan kesejahteraan sosial. “Komunitas
dipancing mendapatkan mata pencaharian tambahan melalui sistem kemitraan
terpadu dengan diajak hadir pada kegiatan komunikasi, misalnya penyuluhan
kehutanan di lapangan,” tandasnya.
Dari perspektif ini, perhutanan sosial memiliki keterkaitan erat
dengan perubahan iklim. Indonesia sudah menetapkan peningkatan kesadaran
masyarakat akan manajemen hutan yang benar untuk menuju daerah hutan yang lebih
baik demi menjaga pemanasan global sebagai arahan utama kegiatan mitigasi dan
adaptasi. “Dukungan serta peningkatan tanggung jawab masyarakat lokal akan
pengelolaan sumber daya hutan mereka amat penting agar kita dapat melangkah
maju,” tegas Harijadi yang saat ini menjabat sebagai Co-chair ASEAN Social
Forestry Network (ASFN). Dalam
hal pengembangan kapasitas masyarakat, menurut Harijadi, perlu diperhatikan
pengadaan pelatihan komunikasi. Keterbukaan informasi membuat masyarakat
menerima terpaan beragam informasi yang dapat menganggu hubungan antar pihak
bila tidak dipilah dengan baik. “Pembelajaran komunikasi yang baik dapat
mengubah pola pikir, sikap dan kesadaran masyarakat,” ujarnya.
Perubahan pola pikir, sikap, dan kesadaran masyarakat ini
diharapkan bisa mendukung kegiatan mitigasi dan adaptasi yang juga diarahkan
pada akselerasi upaya pencegahan deforestasi dan degradasi yang menstimulus
peningkatan emisi karbon, serta meningkatkan ketahanan hutan dan ekosistemnya.
Upaya ini juga dikembangkan sebagai bagian mitigasi jangka panjang,
meningkatkan kegiatan penghijauan (reforestasi), mendorong manajemen hutan yang
lestari dan meningkatkan keanekaragaman hayati dan konservasi hutan.
.
1.2
Rumusan Masalah
Setelah mengikuti praktikum ini
1. Menggambarkan
kondisi masyarakat (responden) yang memanfaatkan kawasan hutan menjadi lokasi
praktek lapangan
2. Mengidentifikasi
pola pemanfaatan jenis hasil hutan di sekitar kawasan hutan menjadi lolasi
praktek lapangan.
3. Mengidentifikasi
pola penggunaan lahan hutan di sekitar kawasan hutan menjadi lokasi praktek
lapangan.
1.3 Tujuan dan
Manfaat
Tujuan
dari pelaksanaan praktikum ini ialah untuk menganalisis aktivitas masyarakat
dalam pemanfaatan hasil hutan dan lahan hutan.
Manfaat
dari pelaksanaan praktikum ini ialah untuk mengetahui hasil analisis keputusan
masyarakat dalam pengelolaan hutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Tiwari
(1983) dalam Suharjito dan Darussman (1998), social
forestry adalah ilmu pengetahuan dan seni menumbuhkan pohon-pohon dan
atau vegetasi lain pada lahan yang tersedia, di dalam dan di luar
areal hutan tradisional dengan melibatkan masyarakat untuk tujuan
menghasilkan tata guna lahan yang seimbang dan saling melengkapi.
Untuk menunjang keberhasilan Program
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di Perum Perhutani, diperlukan lembaga
masyarakat desa hutan yang merupakan wadah bagi masyarakat sekitar hutan yang
bersedia memelihara kelestarian hutan dengan jalan menjalin kerjasama dengan
Perum Perhutani.
Berbagai
penelitian mengenai Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat telah banyak
dilakukan di Perum Perhutani. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudaryanti
(2002) dalam penelitian menunjukkan bahwa dengan adaanya kedinamisan kelompok
terjadi perubahan produktivitas anggota dalam kategori sedang. Pujo (2002)
Alasan berpartisipasi peserta Program Kehutanan Sosial pada umumnya karena
alasan terinduksi dan bahkan masih ada yang tidak berpartisipasi. Hal ini
menunjukkan bahwa mereka berpartisipasi terhadap program, karena adanya peran /
dorongan dari orang luar baik dari kelembagaan yang bersifat formal maupun non
formal.
Menurut
Kusumaningtyas (2003) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa tingkat partisipasi
masyarakat Desa Cileuya pada tahap perencanaan maupun pada tahap pelaksanaan
pada Program PHBM termasuk dalam kategori tinggi. Dengan demikian tingkat
partisipasi masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat dikategorikan
tinggi. Namun penelitian-penelitian tersebut hanya menjelaskan pada kedinamisan
kelompok dan partisipasi masyarakat sekitar hutan dalam pengelolaan hutan
bersama Perum Perhutani. Belum melihat pada aspek kolaborasi antara Perum
Perhutani dengan masyarakat sekitar hutan. Oleh karena itu, penting kiranya
dilakukan penelitian guna mengetahui kondisi kolaborasi, karena berkaitan
dengan program yang sedang berjalan selama ini. Untuk pengelolaan hutan saat ini,
bukan lagi mutlak menjadi domain satu stakeholder, dalam hal
ini Perum Perhutani. Dalam penelitian ini tetap memperhatikan aspek dinamika
kelompok dan aspek partisipasi masyarakat sekitar hutan dalam Program PHBM.
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Minggu, 16 Juni 2013 pukul 10.00
WITA sampai selesai dan bertempat di Desa Labuan Kungguma Kec. Labuan Kab. Donggala
3.2 Bahan dan Alat
Bahan dan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kuisioner yang memuat
pertanyaan terkait objek praktikum yang akan diwawancarai, alat tulis menulis.
3.3 Cara Kerja
Adapun langkah
kerja dalam praktikum Perhutanan Sosial
adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan
dalam praktikum.
2. Mencari responden.
3. Mewawancarai responden tersebut.
4. Mencatat hasil dari wawancara tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Responden
Ø Responden 1
1. Nama :
Suprianto
2. Umur :
35 tahun
3. Alamat Desa : Desa Lanta Labuan Kungguma
4. Tingkat pendidikan : SMP
5. Jumlah anggota keluarga : 4 orang
6. Suku :
Kaili
B. sosial ekonomi responden
1. Pekerjaan/ mata pencaharian :
a. Utama : Pedagang
Pendapatan/bulan : Rp 3.500.000/bulan
b. Sampingan : tambang pendapatan/bulan
: Rp 2.000.000/bulan
2. Pekerjaan dari pemanfaatan hasil
hutan selama setahun :
Jenis
hasil hutan
|
Volume
pengambilan
|
Frekuensi
pengambilan setahun
|
Harga/volume
|
Total
pendapatan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3.
Alasan memanfaatkan hasil hutan :
4.
Pekerjaan dari penggunaan lahan hutan
selama setahun :
Jenis
tanaman yang ditanam
|
Luas
lahan (Ha)
|
Produksi
(Kg, Liter, Tandan dll)
|
Harga/volume
|
Berapa
kali panen selama setahun?
|
Total
pendapatan/tahun
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Rica
|
1 Ha
|
70 kg
|
Rp 16000/kg
|
1 minggu/ 1 x
|
Rp 7.500.000
|
5.
Alasan memanfaatkan hasil hutan : untuk
biaya kebutuhan sehari-hari dan untuk tabungan di masa depan.
Ø Responden 2
1. Nama :
HAMSA
2. Umur :
32 Tahun
3. Alamat Desa : Desa Lanta Labuan Kungguma
4. Tingkat pendidikan : SMA
5. Jumlah anggota keluarga : 3 orang
6. Suku :
Kaili
B. Sosial Ekonomi Responden
1. Pekerjaan/ mata pencaharian :
a. Utama : Petani Pendapatan/bulan
: Rp 1.000.000/bulan
b. Sampingan : Pedangang pendapatan/bulan
: Rp 2.500.000/bulan
2. Pekerjaan dari pemanfaatan hasil
hutan selama setahun :
Jenis
hasil hutan
|
Volume
pengambilan
|
Frekuensi
pengambilan setahun
|
Harga/volume
|
Total
pendapatan
|
kayu
pertukangan
|
1/2
/ kubik
|
7
|
1.000.000
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3. Alasan memanfaatkan hasil hutan
: .untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga sehari – hari
4.
Pekerjaan dari penggunaan lahan hutan
selama setahun :
Jenis
tanaman yang ditanam
|
Luas
lahan (Ha)
|
Produksi
(Kg, Liter, Tandan dll)
|
Harga/volume
|
Berapa
kali panen selama setahun?
|
Total
pendapatan/tahun
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
cengkeh
|
1 Ha
|
-
|
Rp100.000/Kg
|
-
|
-
|
coklat
|
1 Ha
|
-
|
Rp 250.000/kg
|
-
|
-
|
5.
Alasan memanfaatkan hasil hutan : untuk
biaya kebutuhan sehari-hari dan untuk
kebutuhan anak – anak
dan Simpanan Hari Tua
Ø Responden 3
1. Nama :
HADIA
2. Umur :
40 Tahun
3. Alamat Desa : Desa Lanta Labuan Kungguma
4. Tingkat pendidikan : SD
5. Jumlah anggota keluarga : 3 orang
6. Suku :
Kaili
B.
Sosial Ekonomi Responden
1. Pekerjaan/ mata pencaharian :
a. Utama : URT Pendapatan/bulan : -
b. Sampingan : Petani/Pekebun pendapatan/bulan : Rp 100.000/bulan
2. Pekerjaan dari pemanfaatan hasil
hutan selama setahun :
Jenis
hasil hutan
|
Volume
pengambilan
|
Frekuensi
pengambilan setahun
|
Harga/volume
|
Total
pendapatan
|
Kayu
bakar
|
2
ikat / hari
|
1
kali/minggu
|
-
|
-
|
kayu
pertukangan
|
1
kubik
|
7
|
-
|
-
|
3. Alasan memanfaatkan hasil hutan
: untuk memenuhi kebutahan sehari – hari
4.Pekerjaan dari penggunaan lahan
hutan selama setahun :
Jenis
tanaman yang ditanam
|
Luas
lahan (Ha)
|
Produksi
(Kg, Liter, Tandan dll)
|
Harga/volume
|
Berapa
kali panen selama setahun?
|
Total
pendapatan/tahun
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Rica
|
1 Ha
|
40 cangkok
|
Rp 15.000/Kg
|
1 kali/minggu
|
Rp 568.000/tahun
|
4.
Alasan memanfaatkan hasil hutan : untuk
biaya kebutuhan sehari-hari.
Ø Responden 4
1. Nama :
Amrullah
2. Umur :
43
tahun
3. Alamat Desa : Jl. Rapainga Desa Lanta Labuan Kungguma
4. Tingkat pendidikan : SMP
5. Jumlah anggota keluarga : 4 orang
6. Suku :
Kaili
B. sosial ekonomi responden
1. Pekerjaan/ mata pencaharian :
a. Utama : Petani Pendapatan/bulan
: Rp1000.000/bulan
b. Sampingan : tambang Batu pendapatan/bulan : Rp 750.000/bulan
2. Pekerjaan dari pemanfaatan hasil
hutan selama setahun :
Jenis
hasil hutan
|
Volume
pengambilan
|
Frekuensi
pengambilan setahun
|
Harga/volume
|
Total
pendapatan
|
Kayu
bakar
|
4
kubik
|
7
|
Rp
5000/ikat
|
Rp
2.000.000
|
6.
Alasan memanfaatkan hasil hutan : untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
7.
Pekerjaan dari penggunaan lahan hutan
selama setahun :
Jenis
tanaman yang ditanam
|
Luas
lahan (Ha)
|
Produksi
(Kg, Liter, Tandan dll)
|
Harga/volume
|
Berapa
kali panen selama setahun?
|
Total
pendapatan/tahun
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Rica
|
1 Ha
|
50 kg
|
Rp 5000/kg
|
1 minggu/ 1 x
|
Rp 1.500.000
|
Cokelat
|
1 Ha
|
50 Kg/minggu
|
Rp 15.000/kg
|
2 minggu/ I x
|
Rp 4.000.000
|
8.
Alasan memanfaatkan hasil hutan : untuk
biaya kebutuhan sehari-hari dan untuk tabungan di masa Tua.
Ø Responden 5
1. Nama :
SAMSUL
2. Umur :
39
Tahun
3. Alamat Desa : Jl. Rapainga Desa Lanta Labuan Kungguma
4. Tingkat pendidikan : SMA
5. Jumlah anggota keluarga : 3 orang
6. Suku :
Kaili
B.
Sosial Ekonomi Responden
1. Pekerjaan/ mata pencaharian :
a. Utama : PNS Pendapatan/bulan :
Rp 2.600.000/bulan
b. Sampingan : Petani pendapatan/bulan : Rp 750.000/bulan
2. Pekerjaan dari pemanfaatan hasil
hutan selama setahun :
Jenis
hasil hutan
|
Volume
pengambilan
|
Frekuensi
pengambilan setahun
|
Harga/volume
|
Total
pendapatan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3. Alasan memanfaatkan hasil hutan
: .untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga sehari – hari
6.
Pekerjaan dari penggunaan lahan hutan selama
setahun :
Jenis
tanaman yang ditanam
|
Luas
lahan (Ha)
|
Produksi
(Kg, Liter, Tandan dll)
|
Harga/volume
|
Berapa
kali panen selama setahun?
|
Total
pendapatan/tahun
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
coklat
|
1 Ha
|
-
|
Rp 250.000/kg
|
-
|
-
|
kelapa
|
1 Ha
|
-
|
Rp250.000/kg
|
-
|
-
|
7.
Alasan memanfaatkan hasil hutan : untuk
biaya kebutuhan sehari-hari dan untuk
kebutuhan anak – anak.
4.2 Pembahasan
Berbagai bentuk
program Social Forestry yang telah berkembang dalam konteks pengelolaan hutan
di Indonesia telah berkembang lebih jauh mengikuti proses dan dinamika
kehidupan masyarakat dan kelembagaan di pedesaan pada tingkat lapangan diantaranya
adalah Pola PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) Dengan adanya perkembangan dinamika kehidupan
masyarakat didalam dan di sekitar hutan maka lahirlah dasar kebijakan
pengelolaan hutan berbasis masyarakat yang dapat memayungi dan mendukung
penguatan kelembagaan pengelolaan hutan oleh masyarakat seperti : Hutan
Kemasyarakatan (Permenhut No. 37 Tahun 2007), Hutan Desa (Permenhut No. 49
Tahun 2008),
Hutan
kemasyarakatan (Social forestry) merupakan hutan negara dengan sistem pengeloaan
hutan yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat tanpa menggangu fungsi
pokoknya. Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan nilai ekonomi,
nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan masyarakat
setempat. Social forestry ditujukan atau bisa dimanfaatkan oleh
masyarakat petani di sekitar kawasan hutan yang memiliki ketergantungan pada
kawasan hutan tersebut dengan sistem pendekatan areal kelola/hamparan kelola.
Dalam hal ini, Social forestry memberikan kepastian hukum atas
status lahan kelola bagi masyarakat yang membutuhkannya. Social forestry juga
bertujuan agar hutan lestari masyarakat sejahtera.
konsep Hutan
Lestari melalui pola-pola pengelolaan di lahan Social forestry,
diharapkan dapat dinikmati oleh masyarakat sehingga meningkatkan kesejahteraan
hidup mereka melalui penganekaragaman hasil dari tanaman yang ditanam di lahan Social
forestry.
V. KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1 Kesimpulan
Berasarkan data yang
telah di kumpulkan dapat disimpulkan bahwa manfaat agroforestri sangat berperan
penting bagi para petani, mengingat kondisi lahan kritis yang sekarang pola
agroforestri kompleks dapat memberikan keuntungan baik dari aspek ekologi,
aspek ekonomi maupun aspek sosial.
5.2 Saran
Saran
yang dapat kami sampaikan dari pelaksanaan praktikum ini yaitu agar praktikum
selanjutnya lebih ditingkatkan lagi dan pengambilan responden bisa lebih agar
kita lebih bisa membedakannya antara pola agroforestri yang digunakan para
petani.
DAFTAR PUSTAKA
Abstrak Hutan dan kehutanan Vol. 1,
no 1, 1989. Agroforestry. Proyek Pembangunan
perpustakaan Manggala Wanabakti.Jakarta.
diakses
tgl 29 Nov 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar