TUGAS BESAR
ANALISIS CITRA DAN
PEMETAAN DIGITAL
“KLASIFIKASI CITRA KABUPATEN SIGI”
Diajukan Sebagai SalahSatu Syarat
Dalam Menyelesaikan
MataKuliah Minat AnalisisCitradan
Pemetaan Digital
Oleh
:
RAHMAT
RUM
L 131 10 383
JURUSANKEHUTANAN FAKULTAS
KEHUTANAN UNIVERSITAS TADULAKO
2013
KATAPENGANTAR
Pujidan Syukur Penulis
Panjatkan ke Hadirat TuhanYang
Maha Es akarena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penulis
dapat
menyusun laporan
mata kuliah minat Analisis Citra
danPemetaan
Digital dengan
judul“HasilEvaluasi Penunjukan
Lahan di Kabupaten Sigi”.
Ucapanterima kasihjuga penyusunsampaikankepada Dosen Pembimbing
matakuliah AnalisisCitradan Pemetaan Digitalatas segala
bimbingannya selama
ini, sertaasisten dosen yang begitu
sabar
dalam mengarahkan dan
membimbing kami selama praktikum
berlangsung maupun dalam
penyusunan laporan
ini,sehingga penyusun dapat
menyelesaikan
laporan initepat pada waktunya.
Penyusun menyadari dalam
penyusunan laporanini masih terdapat banyak
kekuranganbaikdarisegimaterimaupun penyusunankata-katanya. Olehkarena
itu kritik dan saranyang
bersifat membangun
sangat diharapkan
untukperbaikan penyusunan
laporan kedepannya.
Palu, 13Juni 2013
Penulis
DAFTARISI
Halaman
HALAMANJUDUL ……………………………………..…..……………. i KATAPENGANTAR………………………………….……….….…….……….. ii DAFTARISI ……………………………….…………..………… iii DAFTARTABEL ………………………..……………….…….…..……………v
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang ……………………………….……..………
1
1.2 Tujuan
dan kegunaan ………………………………...…………… 2
BAB
II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.Pemetaan Hutan......................………………………………………. 3
BAB
III. MATERI DAN METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat
………………………..…………….....…… 6
3.2 Alat
dan Bahan ……………………………..…...………….. 6
3.3 CaraKerja .................……………………......... 7
BAB
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil …………………………………………………...………... 9
4.2 Pembahasan
………………………………..………………..…. 10
BAB
V. KESIMPULAN DANSARAN
5.1 Kesimpulan
………………………………………….….……... 12
5.2 Saran ………………………………….…………….…… 12
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
No Teks Halaman
1. Gambar Peta Composite Band 137 Kab.
Sigi 13
2. Gambar
Peta Klasifikasi Kabupaten SigI 14
3. Gambar
Peta Klasifikasi dan Titik Koordinat 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Citra merupakan gambar pada bidang
dua dimensi. Dalam tinjauan matematis, citra merupakan fungsi kontinu dari
intensitas cahaya pada bidang dua dimensi. Ketika sumber cahaya menerangi
objek, objek memantulkan kembali sebagian cahaya tersebut. Pantulan ini
ditangkap oleh alat-alat pengindera optik, misalnya mata manusia, kamera,
scanner dan sebagainya. Bayangan objek tersebut akan terekam sesuai intensitas
pantulan cahaya. Ketika alat optik yang merekam pantulan cahaya itu merupakan
mesin digital, misalnya kamera digital, maka citra yang dihasilkan merupakan
citra digital. Pada citra digital, kontinuitas intensitas cahaya dikuantisasi
sesuai resolusi alat perekam.
Output dari suatu sistem perekaman dapat
bersifat [MUN04]: 1. optik, berupa foto, 2. analog, berupa sinyal video seperti
gambar pada monitor televisi, 3. digital, berupa file yang dapat langsung
disimpan dalam suatu memori. Di dalam komputer, citra digital disimpan sebagai
suatu file dengan format tertentu. Format citra tersebut menunjukan cara sebuah
citra digital disimpan, misalnya apakah dengan suatu kompresi atau tidak.
Contoh format citra digital adalah .bmp, .jpg, .png, .tif dan sebagainya.
Ukuran citra digital dinyatakan dalam pixel (picture element). Umumnya, nilai
setiap pixel merupakan kuantisasi harga intensitas cahaya. Dengan demikian,
suatu citra digital dapat dipandang sebagai sebuah matriks yang
elemen-elemennya menunjukkan intensitas cahaya terkuantisasi. Bedanya terletak
pada urutan penyebutan angka ukuran tersebut.
Citra digital dengan ukuran 92x112
pixel sebenarnya merupakan sebuah matriks dengan ukuran 112x92, dimana 112
merupakan banyaknya baris dan 92 merupakan banyaknya kolom. Citra digital yang
dimaksudkan dalam keseluruhan tugas akhir ini adalah “citra diam” (still
image). Selanjutnya citra diam cukup disebut citra Analisis citra Digital yaitu
kegiatan mengumpulkan data yang berbentuk citra yang kemudian dikaji secara
digital dengan menggunakan computer.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari kegiatan
praktek ini yaitu
untuk membedakan dua macam citra dengan menggunakan beberapa band, dalam
metode operasi colour composite serta mengklasifikasinya.
Kegunaan
dari kegiatan ini adalah agar dalam mengevaluasi dan memanfaatkanlahan kita
dapat mengetahui berbagai komponen yang spesifik pada sektorperencanaan dan
penatagunaan kawasan hutan, diantaranya Inventarisasi,pengukuhan, penataan,
pemetaan , dan pengaturan produksi kawasan hutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pemetaan Hutan
Sistem informasi
geografi (SIG) adalah suatu sistem berbasis komputer yang mencakup tiga unsur
utama, yaitu hardware, software, dan brainware. Ketiga unsur
utama ini harus berkejasama untuk menghasilkan suatu sistim informasi yang
lengkap dan terpakai.
o Unsur hardwre
menyangkut perangkat keras komputer sebagai mesin penginput, pengolah/pemroses,
dan penyaji data/peta yang digunakan seperti; Central Processing Unit/CPU, monitor, plotter, digitizer, scanner,
mouse, keybord, CD, dan disket.
o Unsur Softwere
menyangkut perangkat lunak komputer sebagai program penginput, pengolah/pemroses, dan penyaji data/peta yang
digunakan seperti; ESRI-ArcView GIS,
Arc-Info, ERDAS, ER-Mapper, ILWIS, Autocad Map, Map-Info, Corel Draw, dan
program pengolah data spasial lainnya.
Sedangkan untuk pengolah data non-spasial lainnya seperti Microsoft Exel, dan lain-lain.
o Unsur brainware
menyangkut sumber daya manusia sebagai tenaga operator komputer, dan tenaga
analisis yang memiliki kemampuan atau keahlian dalam pekerjaan pemrosesan peta
secara digital guna pembangunan sistim informasi spasial atau SIG.
SIG adalah suatu
sistem berbasis komputer yang mampu menyelesaikan masalah spasial secara
otomatis, cepat dan teliti. Karena SIG
merupkan alat analisis yang sangat dibutuhkan dalan proses pemetaan digital
guna mendukung pengambilan keputsan mulai dari tahap perencanaan, pengolahan
sampai dengan pemamtauan dan evaluasi.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka tugas utama SIG adalah merekam,
menyimpan, memperbaharui, menganalisis dan menampilkan informasi yang
bereferensi geografis dan keruangan.
Sistem
Informasi Geografis adalah suatu sistem perangkat yang dapat melakukan
pengumpulan, penyimpanan, pengambilan kembali, pengubahan (transformasi), dan
penayangan (visualisasi) dari data-data keruangan (spasial) untuk
kebutuhan-kebutuhan tertentu (Burrough, 1956).
Sistem
Informasi Geografis adalah sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi
data geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan
perangkat lunak yang berfungsi untuk akuisisi (perolehan) dan verifikasi,
kompilasi, penyimpanan, perubahan dan updating, manajemen dan
pertukaran, manipulasi, pemanggilan dan presentasi, serta analisis
(Bernhardsen, 1992).
Selain defenisi di
atas, SIG adalah suatu sistim informasi yang dapat memadukan antara grafis
dengan data teks (atibut) objek yang dihubungkan secara grafis di bumi (georefrence). Dengan kata lain, SIG
dapat mempresentasikan dunia nyata diatas monitor komputer sehingga lembaran
peta dapat dipresentasikan dunia nyata di atas kertas. Tapi sistim ini memiliki
kekuatan lebih dan fliksibilitas dari pada lembaran peta kertas.
Arc View merupakan
salah-satu perangkat lunak SIG detskop yang terkemuka saat ini yang telah di
kembangkan oleh ESRI dengan Arc View.
Dengan perangkat lunak ini pengguna dapat melakukan proses-proses
visuallisasi, meng-explorer, membuat query dan mendapatkan jawabannya dan
meng-analisis data-data geografi beserta atribut-atribut lainnya. Arc View memiliki ciri khas arsiktektur
perangkat lunak yang dapat diperluas dan menyadiakan scalable platformuntuk
proses-proses komputasi dan analisis-analisis yang diperlukan didalam sistim
informasi geografi (Prahasta). Selain
Arc View alternatif lainnya juga perlu seperti MapInfo yang keduanya salin
melengkapi serta menambah wawasan dan keterampilan operator SIG.
Dalam sistem
informasi geografi diperlukan Software aplikasi yang dapat menunjukan langsung
pada Software pemetaan yang ada, agar peta-peta yang sudah tersusun mudah
dicapai dan ditemukan oleh para unsur yang bukan operator SIG, serta selalu mempergunakan
Arc View alternatif.
BAB III
METODE DAN PRAKTEK
3.1
Waktu dan Tempat
Adapun
waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum Penatagunaan Kawasan Hutan adalah sebagai berikut :
Hari/Tanggal :Setiap hari Senin, bulan Mei - Juni 2013
Waktu : Pukul 11.30 s/d selesai
Tempat :Ruang Perkuliahan, Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas
Tadulako, Palu-Sulawesi Tengah.
3.2
Bahan dan Alat
Adapunalat
yang digunakan dalam
kegiatan ini antara
lain sebagai berikut :Hardware
(Perangkat Keras), meliputi :
Ø Laptop
/ Komputer, lengkap dengan perangkatnya seperti Central Processing Unit (CPU),
Monitor, Keyboard, dan Mouse.
1. Software (Perangkat
Lunak), meliputi :
Ø Program
ArcGIS 10
Ø Database
dan Peta penggunaan lahan kabupaten sigi.
Adapun bahan atau objek yang digunakan dalam
kegiatan ini adalah Citra LANDSAT yang
telah dibagikan masing - masing secara perorangan.
3.3 Cara Kerja
·
Membuka Arcmap
·
Pertama, add data berupa band pada citra yang dimiliki. Lalu
kompositkan semua band yang dimiliki dengan menggunakan salah satu fungsi dari
ArcTool > Data Management Tools > Raster > Raster Processing > Composite
Band.
·
Masukkan seluruh band kepada input raster, dan tempatkan
outpunya daalm bentuk .tif pada suatu folder. Maka komposit band akan muncul
pada layer. Atur komposit band pada layer menjadi band 3,4,7 untuk menampilkan
warna asli dari citra. Pengaturan komposit band dilakukan dengan cara klik
kanan pada layer landsat > properties > Simbology.
·
Training Sample
ü Pada
Classifikation pilih Drawing Training Sample with polygon.
ü Setelah
selesai melakukan training sample, buka training sample manager.
ü Beri
nama/laber pada Class Name, pilih Creat Signature File dengan format gsg
(xxx.gsg)
·
Klasifikasi
ü Pada
Classification pilih,Maximum Like hood Classification”
ü Pada
input signature file, pilih signature yang telah dibuat.
ü Akan
tampak pada layer hasil klasifikasi yang telah dibuat.
ü Beri
warna sesuai keinginan.
·
Klik kanan pada layer
hasil klasifikasi kemudian open attribute tabel :
ü Pada
tabel option, pilih add field (pada name, ketik penggunaan lahan)
ü (Pada
tipe pilih text), kemudian OK
ü Masih
pada tabel, klik editor pada tool bars -> start editing
ü Buka
data yang telah dibuat lalu OK -> Continue
ü Beri
nama pada tabel penggunaan lahan.
·
Memasukkan titik
koordinat di lapangan kedalam peta.
ü Menu
file
ü Pilih
add data -> Add XY data
ü Masukkan
titik koordinat yang dibuat dalam bentuk Microsoft Excel, pilih sheet 2 (sesuai
penyimpanan)
·
Membuat Layout Peta
ü Pilih
layout view pada toolbar drawing
ü Pilih
menu file -> page and print setup untuk mengatur kertas
ü Ganti
skala menjadi 1 : 30.000
ü Menu
Insert -> Title
ü Pilih
Insert kemudian :
ü North
Arrow untuk menentukan arah utara
ü Scala
Bare
ü Scala
Text
ü Legend,
pindahkan file yang tidak perlu, kemudian NEXT.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No
Titik
|
Letak
Geografis
|
Interpretasi
Citra landsat tahun 2003
|
Survey
Lapangan Tahun 2013
|
Keterangan
|
1
|
1190 55’ 35’’
LS
|
Sungai Sidera
|
Sungai Sidera
|
Sesuai
|
|
10 0’ 26’’ LU
|
|
|
|
2
|
1190 56 ’58’’ LS
|
Sungai Oloboju
|
Sungai Oloboju
|
Sesuai
|
|
10 1’ 39’’
LU
|
|
|
|
3
|
1190 56’ 50’’ LS
|
Semak Belukar
|
Bundaran Bora
|
Tidak Sesuai
|
|
10 24’ 6’’ LU
|
|
|
|
4
|
1190 57’ 19’’ LS
|
Semak Belukar
|
Semak Belukar
|
Sesuai
|
|
10 3’ 17” LU
|
|
|
|
5
|
1190 56’ 55” LS
|
Sawah Watunonju
|
Sawah Watunonju
|
Sesuai
|
|
0 2’ 9” LU
|
|
|
|
6
|
1190 57’ 40.523” LS
|
Hutan Watunonju
|
Semak Belukar
|
Tidak Sesuai
|
|
10 1’ 47.019” LU
|
|
|
|
7
|
1190 56 ’59”
LS
|
Semak Belukar
|
Kebun Watunonju
|
Tidak Sesuai
|
|
10 2’ 4” LU
|
|
|
|
8
|
1190 57’ 6’’ LS
|
Tegalan/Lahan Kosong
|
Tegalan/Lahan Kosong
|
Sesuai
|
|
10 2’ 1” LU
|
|
|
|
9
|
1190 57’ 32.382”
LS
|
Semak Belukar
|
Semak Belukar
|
Sesuai
|
|
10 2’ 15.784”
LU
|
|
|
|
10
|
1190 57’ 8.501”
LS
|
Pemukiman
|
Pemukiman
|
Sesuai
|
|
10 1’ 51.093”
LU
|
|
|
|
11
|
1190 57’ 11” LS
|
Lahan Kosong
|
Tugu Watunonju
|
Tidak Sesuai
|
|
10 1’ 56” LU
|
|
|
|
12
|
1190 57’ 46” LS
|
Hutan Primer
|
Hutan jati
|
Tidak Sesuai
|
|
10 4’ 20” LU
|
|
|
|
13
|
1190 58’ 11”
LS
|
Hutan Primer
|
Hutan Primer
|
Sesuai
|
|
10 4’ 29” LU
|
|
|
|
4.2 PEMBAHASAN
Pada titik kesatu dan titik kedua
dengan letak gografis 119º 55’ 35’’ LS ;
1º 0’ 26’’ LU dan 119º 56’ 58’’ LS;
1º1’ 39’’ LS yaitu letak sungai pada wilayah Sidera dan sungai pada wilayah
Oloboju yang telah diinterpretasi pada tahun 2003 setelah disurvey lapangan
pada tahun 2013 ternyata data tersebut sesuai dan dapat dipertahankan
keberadaannya. Pada titik ketiga dengan letak geografis 119º 56’ 50’’ LS; 1º 24’ 6’’ LU yaitu letak semak
belukar yang telah diinterpretasi pada tahun 2003 setelah disurvey lapangan
pada tahun 2013 ternyata data tersebut telah menjadi Bundaran Bora oleh sebab
itu data tersebut tidak sesuai. Pada titik keempat dan kelima dengan letak
geografis 119º 57’ 19’’ LS; 1º 3’ 17’’ LU dan 119º 56’ 55’’ LS; 1º 2’ 9’’ LU
yaitu letak semak belukar dan sawah pada wilayah Watunonju yang telah
diinterpretasi pada tahun 2003 setelah disurvey lapangan pada tahun 2013
ternyata data tersebut sesuai. Pada titik keenam dan ketujuh dengan letak
geografis 119º 57’ 40.523’’ LS; 10
1’ 47.019” LU dan 1190 56 ’59”
LS; 10 2’ 4” LUyaitu letak hutan pada wilayah Watunonju yang
telah diinterpretasi pada tahun 2003 setelah disurvey lapangan pada tahun 2013
data tersebut menjadi semak belukar dan semak belukar yang telah diinterpretasi
pada tahun 2003 setelah disurvey lapangan pada tahun 2013 data tersebut menjadi
kebun di wilayah Watunonju oleh karena itu dapat tersebut tidak sesuai. Pada
titik kedelapan, sembilan, dan sepuluh dengan letak geografis 1190 57’
6’’ LS ; 10 2’ 1” LU, 1190 57’ 32.382” LS; 10 2’ 15.784” LU, dan 1190 57’ 8.501” LS; 10 1’ 51.093” LU yaitu tegalan / lahan kosong, semak
belukar, dan pemukiman yang telah diinterpretasi pada tahun 2003 setelah
disurvey lapangan pada tahun 2013 ternyata data tersebut sesuai dan dapat
dipertahankan keberadaannya. Pada titik kesebelas dan keduabelas dengan letak
geografis 1190 57’ 11” LS; 10 1’ 56” LU dan 1190 57’ 46” LS; 10 4’
20” LU yaitu letak lahan kosong yang
telah diinterpretasi pada tahun 2003 setelah disurvey lapangan pada tahun 2013
ternyata data tersebut berubah menjadi tugu pada wilayah Watunonju dan hutan
primer yang telah diinterpretasi pada tahun 2003 setelah disurvey lapangan pada
tahun 2013 ternyata data tersebut berubah menjadi hutan jati oleh karena itu
data tersebut tidak sesuai. Pada titik ketigabelas dengan letak geografis 1190
58’ 11” LS; 10 4’
29” LU yaitu letak hutan primer yang
telah diinterpretasi pada tahun 2003 setelah disurvey lapangan pada tahun 2013
data tersebut sesuai dan dapat dipertahankan keberadaannya.
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
dan pembahasan yang
telah dikemukakan di
atas, dapat ditarik
kesimpulan, citra pertama merupakan citra dengan
menggunakan color composite (RGB color ) dengan band 137 yang telah dilakukan klasifikasi secara supervised. Pada Band 1 (0.45-0.52 m; biru) - berguna untukmembedakan kejernihan
air dan juga membedakan antara tanah dengan tanaman, Band 3 (0.63-0.69 m; merah) - band yang paling berguna untuk
membedakan tipe tanaman, lebih daripada band 1 dan 2. dan Band 7 (2.08-2.35 m; reflected IR) – berhubungan dengan
mineral; ration antara band 5 dan 7 berguna untuk mendeteksi batuan dan deposit
mineral. klasifikasi yang digunakan pada citra tersebut yaitu Maximum Likehood. Oleh karena itu pada operasi citra
jenis classify ini, semakin banyak klasifikasi yang kita lakukan maka citra
yang terlihat semakin baik atau lebih banyak objek yang terlihat pada citra
tersebut.
5.2 saran
Dalam melakukan pengoperasian citra diharapkan agar terlebih
dahulu memahami konsep-konsep
dasar yang cocok
digunakan dalam pelaksanaan kegiatan. Selain
itu, mempersiapkan alat, objek, dan database yang relevan untuk
kelangsungan kegiatan. Hal
ini ditujukan agar
praktikan dapat mengetahui teknik yang tepat dalam
pelaksanaan kegiatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar