Minggu, 08 Juni 2014

ANALISIS CITRA DAN PEMETAAN DIGITAL



TUGAS BESAR
ANALISIS CITRA DAN PEMETAAN DIGITAL
“KLASIFIKASI CITRA KABUPATEN SIGI”





Diajukan Sebagai SalahSatu Syarat Dalam Menyelesaikan
MataKuliah Minat AnalisisCitradan Pemetaan Digital





Oleh :


RAHMAT RUM
L 131 10 383









JURUSANKEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS TADULAKO
2013





KATAPENGANTAR



Pujidan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat TuhanYang Maha Es akarena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan mata kuliah minat Analisis Citra danPemetaan Digital dengan judul“HasilEvaluasi Penunjukan Lahan di Kabupaten Sigi”.
Ucapanterima kasihjuga penyusunsampaikankepada Dosen Pembimbing matakuliah AnalisisCitradan Pemetaan Digitalatas segala bimbingannya selama ini, sertaasisten dosen yang begitu sabar dalam mengarahkan dan membimbing kami selama praktikum berlangsung maupun dalam penyusunan laporan ini,sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan initepat pada waktunya.
Penyusun menyadari dalam penyusunan laporanini masih terdapat banyak kekuranganbaikdarisegimaterimaupun penyusunankata-katanya. Olehkarena itu kritik dan saranyang bersifat membangun sangat diharapkan untukperbaikan penyusunan laporan kedepannya.

















Palu,  13Juni 2013






Penulis


DAFTARISI


Halaman


HALAMANJUDUL           ……………………………………..…..………….  i KATAPENGANTAR………………………………….……….….…….………..  ii DAFTARISI                        ……………………………….…………..…………   iii DAFTARTABEL   ………………………..……………….…….…..…………
BAB I.  PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang             ……………………………….……..……   1

1.2  Tujuan dan kegunaan  ………………………………...…………   2

BAB II.  TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pemetaan Hutan......................……………………………………….   3
BAB III. MATERI DAN METODE PRAKTEK

3.1  Waktu dan Tempat     ………………………..…………….....……   6

3.2  Alat dan Bahan           ……………………………..…...…………..  6

3.3  CaraKerja                              .................…………………….........    7

BAB IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil   …………………………………………………...………...   9

4.2  Pembahasan    ………………………………..………………...  10

BAB V.  KESIMPULAN DANSARAN

5.1  Kesimpulan    ………………………………………….….……...   12

5.2  Saran              ………………………………….…………….……  12

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


DAFTAR TABEL

No                                                          Teks                                                              Halaman


1.                     Gambar Peta Composite Band 137 Kab. Sigi                                                   13
2.                     Gambar Peta Klasifikasi Kabupaten SigI                                              14
3.                     Gambar Peta Klasifikasi dan Titik Koordinat                                                   15
                                                

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Citra merupakan gambar pada bidang dua dimensi. Dalam tinjauan matematis, citra merupakan fungsi kontinu dari intensitas cahaya pada bidang dua dimensi. Ketika sumber cahaya menerangi objek, objek memantulkan kembali sebagian cahaya tersebut. Pantulan ini ditangkap oleh alat-alat pengindera optik, misalnya mata manusia, kamera, scanner dan sebagainya. Bayangan objek tersebut akan terekam sesuai intensitas pantulan cahaya. Ketika alat optik yang merekam pantulan cahaya itu merupakan mesin digital, misalnya kamera digital, maka citra yang dihasilkan merupakan citra digital. Pada citra digital, kontinuitas intensitas cahaya dikuantisasi sesuai resolusi alat perekam.
 Output dari suatu sistem perekaman dapat bersifat [MUN04]: 1. optik, berupa foto, 2. analog, berupa sinyal video seperti gambar pada monitor televisi, 3. digital, berupa file yang dapat langsung disimpan dalam suatu memori. Di dalam komputer, citra digital disimpan sebagai suatu file dengan format tertentu. Format citra tersebut menunjukan cara sebuah citra digital disimpan, misalnya apakah dengan suatu kompresi atau tidak. Contoh format citra digital adalah .bmp, .jpg, .png, .tif dan sebagainya. Ukuran citra digital dinyatakan dalam pixel (picture element). Umumnya, nilai setiap pixel merupakan kuantisasi harga intensitas cahaya. Dengan demikian, suatu citra digital dapat dipandang sebagai sebuah matriks yang elemen-elemennya menunjukkan intensitas cahaya terkuantisasi. Bedanya terletak pada urutan penyebutan angka ukuran tersebut.
Citra digital dengan ukuran 92x112 pixel sebenarnya merupakan sebuah matriks dengan ukuran 112x92, dimana 112 merupakan banyaknya baris dan 92 merupakan banyaknya kolom. Citra digital yang dimaksudkan dalam keseluruhan tugas akhir ini adalah “citra diam” (still image). Selanjutnya citra diam cukup disebut citra Analisis citra Digital yaitu kegiatan mengumpulkan data yang berbentuk citra yang kemudian dikaji secara digital dengan menggunakan computer.

1.2  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan  dari  kegiatan praktek  ini  yaitu  untuk membedakan dua macam citra dengan menggunakan beberapa band, dalam metode operasi colour composite serta mengklasifikasinya.
Kegunaan dari kegiatan ini adalah agar dalam mengevaluasi dan memanfaatkanlahan kita dapat mengetahui berbagai komponen yang spesifik pada sektorperencanaan dan penatagunaan kawasan hutan, diantaranya Inventarisasi,pengukuhan, penataan, pemetaan , dan pengaturan produksi kawasan hutan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemetaan Hutan
Sistem informasi geografi (SIG) adalah suatu sistem berbasis komputer yang mencakup tiga unsur utama, yaitu hardware,  software, dan brainware.  Ketiga unsur utama ini harus berkejasama untuk menghasilkan suatu sistim informasi yang lengkap dan terpakai.
o   Unsur hardwre menyangkut perangkat keras komputer sebagai mesin penginput, pengolah/pemroses, dan penyaji data/peta yang digunakan seperti; Central Processing Unit/CPU, monitor, plotter, digitizer, scanner, mouse, keybord, CD, dan disket.
o   Unsur Softwere menyangkut perangkat lunak komputer sebagai program penginput, pengolah/pemroses, dan penyaji data/peta yang digunakan seperti; ESRI-ArcView GIS, Arc-Info, ERDAS, ER-Mapper, ILWIS, Autocad Map, Map-Info, Corel Draw, dan program pengolah data spasial lainnya.  Sedangkan untuk pengolah data non-spasial lainnya seperti Microsoft Exel, dan lain-lain.
o   Unsur brainware menyangkut sumber daya manusia sebagai tenaga operator komputer, dan tenaga analisis yang memiliki kemampuan atau keahlian dalam pekerjaan pemrosesan peta secara digital guna pembangunan sistim informasi spasial atau SIG.
SIG adalah suatu sistem berbasis komputer yang mampu menyelesaikan masalah spasial secara otomatis, cepat dan teliti.  Karena SIG merupkan alat analisis yang sangat dibutuhkan dalan proses pemetaan digital guna mendukung pengambilan keputsan mulai dari tahap perencanaan, pengolahan sampai dengan pemamtauan dan evaluasi.  Sehubungan dengan hal tersebut, maka tugas utama SIG adalah merekam, menyimpan, memperbaharui, menganalisis dan menampilkan informasi yang bereferensi geografis dan keruangan.
Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem perangkat yang dapat melakukan pengumpulan, penyimpanan, pengambilan kembali, pengubahan (transformasi), dan penayangan (visualisasi) dari data-data keruangan (spasial) untuk kebutuhan-kebutuhan tertentu (Burrough, 1956).
Sistem Informasi Geografis adalah sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak yang berfungsi untuk akuisisi (perolehan) dan verifikasi, kompilasi, penyimpanan, perubahan dan updating, manajemen dan pertukaran, manipulasi, pemanggilan dan presentasi, serta analisis (Bernhardsen, 1992).
Selain defenisi di atas, SIG adalah suatu sistim informasi yang dapat memadukan antara grafis dengan data teks (atibut) objek yang dihubungkan secara grafis di bumi (georefrence). Dengan kata lain, SIG dapat mempresentasikan dunia nyata diatas monitor komputer sehingga lembaran peta dapat dipresentasikan dunia nyata di atas kertas. Tapi sistim ini memiliki kekuatan lebih dan fliksibilitas dari pada lembaran peta kertas.
Arc View merupakan salah-satu perangkat lunak SIG detskop yang terkemuka saat ini yang telah di kembangkan oleh ESRI dengan Arc View.  Dengan perangkat lunak ini pengguna dapat melakukan proses-proses visuallisasi, meng-explorer, membuat query dan mendapatkan jawabannya dan meng-analisis data-data geografi beserta atribut-atribut lainnya.  Arc View memiliki ciri khas arsiktektur perangkat lunak yang dapat diperluas dan menyadiakan scalable platformuntuk proses-proses komputasi dan analisis-analisis yang diperlukan didalam sistim informasi geografi (Prahasta).  Selain Arc View alternatif lainnya juga perlu seperti MapInfo yang keduanya salin melengkapi serta menambah wawasan dan keterampilan operator SIG.
Dalam sistem informasi geografi diperlukan Software aplikasi yang dapat menunjukan langsung pada Software pemetaan yang ada, agar peta-peta yang sudah tersusun mudah dicapai dan ditemukan oleh para unsur yang bukan operator SIG, serta selalu mempergunakan Arc View alternatif.

 BAB III
METODE DAN PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum Penatagunaan Kawasan Hutan adalah sebagai berikut :
Hari/Tanggal   :Setiap hari Senin, bulan Mei - Juni 2013
Waktu             : Pukul 11.30 s/d selesai
Tempat            :Ruang Perkuliahan, Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako, Palu-Sulawesi Tengah.


3.2  Bahan dan Alat
          Adapunalat  yang  digunakan  dalam  kegiatan  ini  antara  lain  sebagai berikut :Hardware (Perangkat Keras), meliputi :        
Ø  Laptop / Komputer, lengkap dengan perangkatnya seperti Central Processing Unit (CPU), Monitor, Keyboard, dan Mouse.
1.      Software (Perangkat Lunak), meliputi :
Ø  Program ArcGIS 10
Ø  Database dan Peta penggunaan lahan kabupaten sigi.
Adapun bahan atau objek yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Citra LANDSAT yang telah dibagikan masing - masing secara perorangan.

3.3 Cara Kerja
·      Membuka Arcmap
·      Pertama, add data berupa band pada citra yang dimiliki. Lalu kompositkan semua band yang dimiliki dengan menggunakan salah satu fungsi dari ArcTool > Data Management Tools > Raster > Raster Processing > Composite Band.
·      Masukkan seluruh band kepada input raster, dan tempatkan outpunya daalm bentuk .tif pada suatu folder. Maka komposit band akan muncul pada layer. Atur komposit band pada layer menjadi band 3,4,7 untuk menampilkan warna asli dari citra. Pengaturan komposit band dilakukan dengan cara klik kanan pada layer landsat > properties > Simbology.
·      Training Sample
ü Pada Classifikation pilih Drawing Training Sample with polygon.
ü Setelah selesai melakukan training sample, buka training sample manager.
ü Beri nama/laber pada Class Name, pilih Creat Signature File dengan format gsg (xxx.gsg)
·      Klasifikasi
ü Pada Classification pilih,Maximum Like hood Classification”
ü Pada input signature file, pilih signature yang telah dibuat.
ü Akan tampak pada layer hasil klasifikasi yang telah dibuat.
ü Beri warna sesuai keinginan.
·      Klik kanan pada layer hasil klasifikasi kemudian open attribute tabel :
ü Pada tabel option, pilih add field (pada name, ketik penggunaan lahan)
ü (Pada tipe pilih text), kemudian OK
ü Masih pada tabel, klik editor pada tool bars -> start editing
ü Buka data yang telah dibuat lalu OK -> Continue
ü Beri nama pada tabel penggunaan lahan.
·      Memasukkan titik koordinat di lapangan kedalam peta.
ü Menu file
ü Pilih add data -> Add XY data
ü Masukkan titik koordinat yang dibuat dalam bentuk Microsoft Excel, pilih sheet 2 (sesuai penyimpanan)
·      Membuat Layout Peta
ü Pilih layout view pada toolbar drawing
ü Pilih menu file -> page and print setup untuk mengatur kertas
ü Ganti skala menjadi 1 : 30.000
ü Menu Insert -> Title
ü Pilih Insert kemudian :
ü North Arrow untuk menentukan arah utara
ü Scala Bare
ü Scala Text
ü Legend, pindahkan file yang tidak perlu, kemudian NEXT.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

No Titik
Letak Geografis
Interpretasi Citra landsat tahun 2003
Survey Lapangan Tahun 2013
Keterangan
1
1190 55’ 35’’  LS
Sungai Sidera
Sungai Sidera
Sesuai

10 0’ 26’’   LU



2
1190 56 ’58’’ LS
Sungai Oloboju
Sungai Oloboju
Sesuai

10 1’ 39’’ LU



3
1190 56’ 50’’ LS
Semak Belukar
Bundaran Bora
Tidak  Sesuai

10  24’ 6’’ LU



4
1190 57’ 19’’ LS
Semak Belukar
Semak Belukar
Sesuai

10 3’ 17” LU



5
1190 56’ 55” LS
Sawah Watunonju
Sawah Watunonju
Sesuai

0 2’ 9” LU



6
1190 57’ 40.523” LS
Hutan Watunonju
Semak Belukar
Tidak  Sesuai

10 1’ 47.019” LU



7
1190 56 ’59”  LS
Semak Belukar
Kebun Watunonju
Tidak  Sesuai

10 2’ 4” LU



8
1190 57’ 6’’ LS
Tegalan/Lahan Kosong
Tegalan/Lahan Kosong
Sesuai

10 2’ 1” LU



9
1190 57’ 32.382”  LS
Semak Belukar
Semak Belukar
Sesuai

10 2’ 15.784”  LU



10
1190 57’ 8.501”  LS
Pemukiman
Pemukiman
Sesuai

10 1’ 51.093”  LU



11
1190 57’ 11” LS
Lahan Kosong
Tugu Watunonju
Tidak  Sesuai

10 1’ 56”  LU



12
1190 57’ 46” LS
Hutan Primer
Hutan jati
Tidak Sesuai

10 4’ 20”  LU



13
1190 58’ 11”  LS
Hutan Primer
Hutan Primer
Sesuai

10 4’ 29”  LU



4.2  PEMBAHASAN
Pada titik kesatu dan titik kedua dengan letak gografis 119º 55’ 35’’ LS ;
1º 0’ 26’’ LU dan 119º 56’ 58’’ LS; 1º1’ 39’’ LS yaitu letak sungai pada wilayah Sidera dan sungai pada wilayah Oloboju yang telah diinterpretasi pada tahun 2003 setelah disurvey lapangan pada tahun 2013 ternyata data tersebut sesuai dan dapat dipertahankan keberadaannya. Pada titik ketiga dengan letak geografis 119º  56’ 50’’ LS; 1º 24’ 6’’ LU yaitu letak semak belukar yang telah diinterpretasi pada tahun 2003 setelah disurvey lapangan pada tahun 2013 ternyata data tersebut telah menjadi Bundaran Bora oleh sebab itu data tersebut tidak sesuai. Pada titik keempat dan kelima dengan letak geografis 119º 57’ 19’’ LS; 1º 3’ 17’’ LU dan 119º 56’ 55’’ LS; 1º 2’ 9’’ LU yaitu letak semak belukar dan sawah pada wilayah Watunonju yang telah diinterpretasi pada tahun 2003 setelah disurvey lapangan pada tahun 2013 ternyata data tersebut sesuai. Pada titik keenam dan ketujuh dengan letak geografis 119º 57’ 40.523’’ LS; 10 1’ 47.019” LU dan 1190 56 ’59”  LS; 10 2’ 4” LUyaitu letak hutan pada wilayah Watunonju yang telah diinterpretasi pada tahun 2003 setelah disurvey lapangan pada tahun 2013 data tersebut menjadi semak belukar dan semak belukar yang telah diinterpretasi pada tahun 2003 setelah disurvey lapangan pada tahun 2013 data tersebut menjadi kebun di wilayah Watunonju oleh karena itu dapat tersebut tidak sesuai. Pada titik kedelapan, sembilan, dan sepuluh dengan letak geografis 1190 57’ 6’’ LS ; 10 2’ 1” LU, 1190 57’ 32.382”  LS; 10 2’ 15.784”  LU, dan 1190 57’ 8.501”  LS; 10 1’ 51.093”  LU yaitu tegalan / lahan kosong, semak belukar, dan pemukiman yang telah diinterpretasi pada tahun 2003 setelah disurvey lapangan pada tahun 2013 ternyata data tersebut sesuai dan dapat dipertahankan keberadaannya. Pada titik kesebelas dan keduabelas dengan letak geografis 1190 57’ 11” LS; 10 1’ 56”  LU dan 1190 57’ 46” LS; 10 4’ 20”  LU yaitu letak lahan kosong yang telah diinterpretasi pada tahun 2003 setelah disurvey lapangan pada tahun 2013 ternyata data tersebut berubah menjadi tugu pada wilayah Watunonju dan hutan primer yang telah diinterpretasi pada tahun 2003 setelah disurvey lapangan pada tahun 2013 ternyata data tersebut berubah menjadi hutan jati oleh karena itu data tersebut tidak sesuai. Pada titik ketigabelas dengan letak geografis 1190 58’ 11”  LS; 10 4’ 29”  LU yaitu letak hutan primer yang telah diinterpretasi pada tahun 2003 setelah disurvey lapangan pada tahun 2013 data tersebut sesuai dan dapat dipertahankan keberadaannya.


V.                KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.  Kesimpulan
Berdasarkan  hasil  dan  pembahasan  yang  telah  dikemukakan  di  atas,  dapat  ditarik  kesimpulan, citra pertama merupakan citra dengan menggunakan color composite (RGB color ) dengan band 137 yang telah dilakukan  klasifikasi secara supervised. Pada Band 1 (0.45-0.52  m; biru) - berguna untukmembedakan kejernihan air dan juga membedakan antara tanah dengan tanaman, Band 3 (0.63-0.69  m; merah) - band yang paling berguna untuk membedakan tipe tanaman, lebih daripada band 1 dan 2. dan Band 7 (2.08-2.35  m; reflected IR) – berhubungan dengan mineral; ration antara band 5 dan 7 berguna untuk mendeteksi batuan dan deposit mineral. klasifikasi yang digunakan pada citra tersebut yaitu Maximum Likehood. Oleh karena itu pada operasi citra jenis classify ini, semakin banyak klasifikasi yang kita lakukan maka citra yang terlihat semakin baik atau lebih banyak objek yang terlihat pada citra tersebut.
5.2       saran
Dalam melakukan pengoperasian citra diharapkan agar  terlebih  dahulu  memahami  konsep-konsep  dasar  yang  cocok  digunakan  dalam  pelaksanaan kegiatan.  Selain  itu,  mempersiapkan  alat, objek, dan database yang relevan untuk kelangsungan  kegiatan.  Hal  ini  ditujukan  agar  praktikan  dapat  mengetahui teknik yang tepat dalam pelaksanaan kegiatan.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar