I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
DAS merupakan suatu
wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal
dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan
yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
Secara umum di daerah
tropis khususnya Indonesia fenomena alam banjir dan tanah longsor sering
terjadi dan merupakan suatu masalah yang banyak menimbulkan kerugian berupa
gangguan kesehatan, kehilangan harta benda, dan bahkan kehilangan nyawa
penduduk.
Peningkatan jumlah
penduduk Indonesia dewasa ini tergolong cukup tinggi hingga mencapai 2,3 % per
tahun, pertumbuhan populasi penduduk tersebut tidak sebanding dengan
ketersediaan lahan, ketersediaan lapangan kerja, minimnya ketrampilan dan
rendahnya tingkat pendidikan hal ini mendorong masyarakat mengeksploitasi
sumberdaya alam melalui pembalakan hutan (forest logging), pengurangan
areal tegakan hutan (deforestasi) dan pembukaan lahan pertanian baru
pada kawasan hulu daerah aliran sungai (DAS) yang penggunaannya makin banyak
dan makin intensif serta belum menggunakan kaidah-kaidah konservasi. Hal ini
mengakibatkan erosi dan tanah longsor yang berperan besar dalam mempercepat
proses terjadinya banjir di kawasan hilir DAS.
Terjadinya banjir
dan kekeringan dengan besaran yang terus meningkat baik intensitas, maupun
durasinya diakibatkan oleh laju alih fungsi lahan dan pembalakan hutan yang
belum terkontrol sehingga berpengaruh langsung terhadap hasil kualitas air (water yield)
Kekhawatiran
tersebut dengan dasar alasan yaitu pengaruh distribusi curah hujan dalam skala
besar dan bersentuhan langsung dengan permukaan tanah merusak struktur tanah,
daya pecah butir hujan terhadap tanah dapat menyebabkan runoff bermuatan
suspensi tanah, pada akhirnya kualitas air menjadi kurang baik bagi mahluk
hidup.
Ø Alur Sungai
Secara sederhana alur sungai dapat di
bagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Bagian hulu
2.
Bagian tengah
3.
Bagian hilir
- Bagian hulu merupakan sumber erosi karena pada umumnya alur
sungai melaliu daerah pegunungan, perbukitan atau lerengan gunung api yang
kadang-kadang mempunyai cukup ketinggian dari muka laut. Sebagai akibat keadaan itu maka bentuk kontur
akan relative lebih rapat yang menunjukan miringnya permukaan bumi cukup
besar. Apabila hujan turun, sebagian
dari air akan merembes dan sebagian lagi akan mengalir membawa
partikel-partikel tanah sehingga menimbulkan erosi.
Alur sungai di
bagian hulu ini biasanya mempunyai kecepatan aliran yang lebih besar dari pada
bagian hilir, sehingga pada saat banjir material hasil erosi yang di angkut
tidak saja partikel sedimen yang halus akan tetapi juga pasir, kerikil bahkan
batu.
- Bagian tengah merupakan daerah peralihandari bagian hulu dan
hilir. Kemiringan dasar sungai lebih
landai sehingga kecepatan aliran relative lebih kecil dari pada bagian
hulu. Umumnya penampang sungai berbentuk
peralihan V dan bentuk U sehingaga daya tamping biasanya mampu menerima aliran
banjir.
- Bagian hilir biasanya melalui daerah pedataran yang
berbentuk dari endapan pasir halus sampai kasar, lumpur, endapan organic dan
jenis endapan lainnya yang sangat labil.
Alur sungai yang melalui daerah
pedataran yang mempunyai kemiringan dasar sungai yang landai sehingga kecepatan
aliran lambat, keadaan ini memmungkinkan menjadi lebih mudah terjadi proses
pengendapan. Apabila terjadi banjir
biasanya akan melimpas daerah kiri kanan alur sehingga berbentuk dataran banjir
dan kadang-kadang tanggul alam sepanjang alur sungai (Soewarno, 1991).
Ø Sedimentasi
Sedimen adalah hasil proses erosi,
baik berupa erosi permukaan, erosi parit, atau erosi tanah lainnya. Hasil sedimen adalah besarnya sedimen yang
berasal dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan air yang di ukur pada
periode waktu dan tempat tertentu.
Bentuk hubungan antara erosi yang
berlangsung di daerah tangkapan dan besarnya sedimen yang terukur di daerah
hilir mempunyai mekanisme kasulitas yang rumit dan belum banyak di
mengerti. Uraian berikut ini merupakan
kajian tentang proses interaksi terjadinya erosi di daerah hulu dan
terbentuknya sedimen di daerah hilir (asdak, 1995).
Ø Pengertian Erosi
Erosi adalah hilang atau terkikisnya
tanah atau bagian tanah ketempat lain.
Hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah tersebut disebabkan oleh
tumbukan atau energy kinetic hujan terhadap permukaan tanah daerah tropika pada
umumnya, selain itu erosi juga menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur
dan baik dalam menyerap dan menahan air (Seta, 1987).
Kerusakan yang di alami oleh
tanah-tanah yang tererosi, akan mengalami beberapa kemunduran sifat kimia dan
fisik tanah,seperti kehilangan unsure hara dan bahan organic serta menurunya
sifat-sifat fisik yang antra lain menurunnya kapasitas infiltrasi dan kemampuan
tanah menahan air, meningkatnya kepadatan dan berkurangnya kemampuan struktur
tanah, kondisi ini akan menyebabkan memburuknya pertumbuhan tanaman.
Didaerah tropic basah terutama
Indonesia, penyebab erosi adala air hujan.
Penyebab utama yang aktif dalan erosi air adalah kekutan atau energy
jatuh hujan dan aliran air. Kedua
menghasilkan energi yang di perlukan untuk menghancurkan butir-butir tanah, di
samping itu air juga berperan sebagai pelumas pergerakan longsoran tanah karena
grafitasi (Sinakuban, 1986).
1.2 Tujuan
Praktek
Tujuan
dilakukannya prektek ini adalah untuk mengetahui cara mengukur debit air sungai
sertta mengetahui pengaruhnya dan peran DAS terhadap kehidupan masyarakat sekitar daerah
alisan sungai.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Daerah Aliran Sungan (DAS) secata umum
didefinisikan sebagai satu hamapran wilayah/kawasan yang dibatasi oleh
pembatasan topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan
sediment dan unsur hara mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada
sungai utama ke laut atau danau.
Menurut Mangundikoro (1995), Daerah
Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang menampung dan penyimpan
air hujan untuk kemudian menyalurkan ke laut melalui sungai utama. Setiap DAS
terbagi habis kedalam sub-DAS. Wilayah DAS adalah wilayah yang terdiri dari 2
atau lebih sub DASm yang secara geografis dan fisik teknis layak digabungkan
dalam upaya perencanaan rehabilitasi dan konservasi tanah.
Masukan (input) utama dalam suatu DAS adalah curah hujan. Proses pergerakan
curah hujan menjadi limpasan di dalam suatu DAS ditentukan oleh karakteristik
DAS yaitu : a) Karakteristik lahan (topografi, tanah, geologi dan geomorfologi)
dan b) Karakteristik vegetasi dan pola penggunaan lahan yang ada di atasnya
(Seyhan, 1997).
Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat
dipandang sebagai suatu ekosistem karena didalamya terdapat komponen bioril dan abiotik yang
saling berinteraksi membentuk satuan kesatuan yang teratur. Menurut Suyono dan
Astuti (1983) bahwa untuk memelihara ekosistem daerah aliran sungai (DAS)
diperlukan upaya pengelolaan daerah aliran sungai, dengan menganggap
daerahtersebut merupakan suatu unit pengelolaan atau model ekosistem, berupa
komponen-komponen masukan (input) yang terdiri dari curah hujan dan energy yang
kemudian diproses dalam suatu wadah yaitu daerah aliran sungai (DAS), kemudian
dikeluarkan berupa air, unsur hara, dan sedimenyang meurpakan keluaran (output) daeri daerah aliran sungai (DAS)
tersebut.
Daerah aliran sungai berungsi sebagai
objek kegiatan manusia secara individu maupun kelompok masyarakat dalam
kaitannya dengan lembaga kelembagaan. Demikian DAS dapat dipandang sebagai
ekosistem karena selalu mencerminkan jaringan yang merupakan mata rantai dari
komponen-komponen yang tidak terputuskan seperti terjadinya siklus hidrologi,
hubungan erosi sedimentasi dan daur hara (nutriancr
cycle)
Sedimen yang terangkut dari tempat
terjadinya erosi akan terbawa / terangkut oleh aliran dan akan diendapkan pada
suatu tempat yang kecepatan airnya melambat dan terhenti. Alat pengangkutnya
adalah limpasan permukaan(surface flow)
dan bilamana limpasan permukaan mencapai badan sungai, maka aliran sungai
meurpakan media pengangkut sedimen (Arsyad, 1989)
III.
METODE PRAKTEK
3.1 Waktu
dan tempat
Praktikum
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 Juli 2012,
bertempat di sub DAS Uno desa Labuan Kungguma kecamatan Tanantovea kabupaten Donggala
3.2 Alat
dan bahan
Alat
dan bahan yang digunakan pada praktikum ini, yaitu ballpoint dan kertas,
meteran, tali rafia, tongkat pengukur, bola pimpong, stopwatch.
3.3
Langkah kerja
Dalam
melakukan pengukuran debit air perlu diketahui lebar sungai ( l ) maka lebar
sungai diukur dengan menggunakan meteran
atau tali rafia begitupun dalam mengukur panjang sungai ( p ) juga menggunakan
meteran atau tali rafia. Kemudian
mengukur kedalaman sungai menggunakan tongkat pengukur dan diukur secara
berulang kali kemdian kedalaman sungai dirata-ratakan untuk mendapatkan
kedalaman rata-rata. Jika kedalaman
rata-rata telah didapatkan maka praktikum dilanjutkan dengan melepaskan botol
air mineral mengikuti arus aliran air dan
menghitung kecepatan botol air mineral sampai pada titik yang ditentukan
yaitu panjang sungai dalam satuan detik (s) menggunakan stopwatch. Pengukuran ini
dilakukan pada bagian sisi kiri sungai, sisi kanan dan bagian tengah sungai dan
dilakukan secara berulang kali kemudian dirata-ratakan untuk mendapatkan
kecepatan rata-rata (v).
Data
hasil pengukuran ini kemudian dimasukan ke rumus untuk mendapatkan besaran
debit air sungai.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Pengukuran panjang sungai (P)
-
P = 10 m
b. Pengukuran lebar sungai (L)
-
L1 = 3,46 m
-
L2 = 4,25 m
-
L3 = 4,29
m
-
L(total) =
=
=
4 m
c.
Pengukuran kedalaman / tinggi air (T)
-
T(tengah) = 48 cm
-
T(kanan) = 25 cm
-
T(kiri) = 28
cm
-
T(total) =
=
=
30 cm
=
0,30 m
d.
Pengukuran kecepatan arus sungai (V)
-
V untuk t(1) = 6,10 detik
t(2) = 6,22 detik
t(3) = 5,52 detik
-
V(total) =
= 5,94 detik
e.
Pengukuran kecepatan permukaan aliran sungai
-
V = S
T
-
V = 10
4,28
= 2,33 m/detik
f.
Pengukuran debit air (Q)
-
Q= VxA
Diketahui:
V= 4,28
A= 4m x 0,30m
= 1,2 m2
Dit: Q….?
Penyelesaian:
Q= VxA
= 4,28 x 1,2
= 5,13
Q= 5,13 x 0,75
= 3,84
4.2 Pembahasan
Pada
percobaan untuk mengukur debit air ini dilakukan dengan cara mengamati botol air mineral yang melaju pada
aliran sungai. Sebelum itu, dilakukan pengukuran lebar,
tinggi dan panjang sungai. Pengukuran ini dilakukan agar dapat mengetahui luas penampang sungai.
Debit
aliran adalah laju aliran air yang melewati suatu penampang melintang pada sungai per satuan waktu. Fungsi dari
pengukuran debit aliran adalah untuk mengetahui seberapa
banyak air yang mengalir pada suatu sungai dan seberapa cepat air tersebut mengalir dalam satu detik.
Praktikum tentang
debit aliran kali ini dilakukan
pada aliran sungai terbuka dengan panjang 10 meter dan lebar 4 meter. Kedalaman total yang diperoleh adalah 0,30 meter. Waktu total yang ditempuh oleh bola pimpong pada percobaan 5,94 detik. Sehingga Kecepatan air yg
dihitung adalah 1,2 m/detik dan luas penampang adalah 4,28 m2
Dengan mengalikan luas penampang tersebut dengan kecepatan botol, maka
didapatkan debit air 3,84 m3/detik.
Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan
volume per waktu. Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah
Aliran Sungai (DAS). Satuan debit yang digunakan adalah meter kubir per detik
(m3/s). Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang
melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu.
Dalam hidrologi
dikemukakan, debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai yang terukur
oleh alat ukurpermukaan air sungai. Pengukurannya dilakukan tiap hari, atau
dengan pengertian yang lain debit atau aliran sungai adalah laju aliran air
(dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per
satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan
meter kubik per detik (m3/dtk).
Pada dasarnya, debit air
yang dihasilkan oleh suatu sumber air ditentukan oleh beberapa faktor-faktor
sebagai berikut:
1. Intensitas Hujan
Karena hujan merupakan salah satu faktor
yang memiliki komponen musimann yang dapt secara cepat mempengaruhi debit air,
dan siklus tahuanan dengan karakteristik musim hujan panjang (kemarau pendek),
atau kemarau panjang (musim hujan pendek), yang menyebabkan bertambahnya debit
air.
2. Pengundulan Hutan
Fungsi utama hutan dalam kaitan dengan
hidrologi adalah sebagai penahan tanah yang mempunyai kelerengan tinggi,
sehingga air hujan yang jatuh di daerah tersebut tertahan dan meresap ke dalam
tanah untuk selanjutnya akan menjadi air tanah. Air tanah di daerah hulu
merupakan cadangan air bagi sumber air sungai. Oleh karena itu hutan yang
terjaga dengan baik akan memberikan manfaat berupa ketersediaan sumber-sumber
air pada musim kemarau. Sebaliknya hutan yang gundul akan mejadi malapetaka
bagi penduduk di hulu maupun di hilir.
3. Pengalihan Hutan menjadi Lahan Pertanian
Resiko penebangan hutan untuk dijadikan
lahan pertanian sama besarnya dengan pengundulan hutan. Penurunan debit sungai
dapat terjadi akibat erosi. Selain akan meningkatnya kandungan zat padat
tersuspensi (suspended solid) dalam air sungai sebagai akibat dari sedimentasi,
juga akan diikuti oleh meningkatnya kesuburan air dengan meningkatnya kandungan
hara dalam air sungai. Kebanyakan kawasan hutan yang diubah menjadi lahan
pertanaian mempunyai kemiringan di atas 25%, sehingga bila tidak memperhatikan
faktor konservasi tanah, seperti pengaturan pola tanam, pembuatan teras dan
lain-lain.
4. Intersepsi
Intersepsi adalah proses ketika air hujan
jatuh pada permukaan vegetasi di atas permukaan tanah, tertahan beberapa saat,
untuk diuapkan kembali ke atmosfer atau diserap oleh vegetasi yang
bersangkutan. Prses intersepsi terjadi selama berlangsungnya curah hujan dan
setelah hujan berhenti. Setiap kali hujan jatuh di daerah bervegetasi, ada
sebagian air yang tak pernah mencapai permukaan tanah dan dengan demikian,
meskipun intersepsi dianggap bukan faktor penting dalam penentu faktor debit
air, pengelola DAS harus tetap memperhitungkan besarnya intersepsi karena
jumlah air yang hilang sebagai air intersepsi dapat mempengaruhi neraca air
regional. Penggantian dari satu jenis vegetasi menjadi vegetasi laian yang
berbeda, dapat mempengaruhi hasil air di daerah tersebut.
5. Evaporasi dan Transpirasi
Evaporasi transpirasi juga merupakan salah
satu komponen atau kelompok yang dapat menentukan besar kecilnya debit air di
suatu kawasan DAS, mengapa dikatakan salah satu komponen penentu debit air,
karena melalui kedua proses ini dapat membuat air baru, sebab kedua proses ini
menguapkan air dari permukaan air, tanah dan permukaan daun, serta cabang
tanaman sehingga membentuk uap air di udara dengan adanya uap air di udara maka
akan terjadi hujan, denan adanya hujan tadi maka debit air di DAS akan
bertambah juga sedikit demi sedikit.
Pengukuran debit sungai memerlukan
penentuan lokasi alat ukur yang memadai untuk mendapatkan kecepatan aliran sungai
rata-rata yang tepat dan debit air yang akurat. Pengukuran debit air perlu
dilakukan sekurang-kurangnya 4 kali dalam setahun yaitu musim kemarau, akhir
musim kemarau, musim penghujan, dan akhir musim penghujan untuk mendapatkan
rata-rata debit air tahunan
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan, dapat disimpulkan:
1.
Debit
air hasil pengukuran adalah 3,48 m3/detik.
2. Faktor yang mempengaruhi debit aliran sungai adalah Intensitas Hujan, Pengundulan Hutan, Pengalihan Hutan menjadi Lahan
Pertanian, Intersepsi, dan Evaporasi dan Transpirasi
3. Debit air merupakan komponen
yang penting dalam pengelolaan suatu Daerah Aliran Sungai. Pelestarian Hutan
sangat menentukan dalam menjaga kestabilan debit air karena hutan merupakan
faktor utama dalam hal penyerapan air tanah serta dalam proses evaporasi dan
transpirasi. Hutan juga berperan sebagai pengendali terjadinya longssor yang
mengakibatkan permukaan ssungai menjadi dangkal, jika terjadi pendangkalan maka
debit air sungai ikut berkurang
5.2 Saran
Pada praktek selanjutnya diharapkan agar penjelasan cara dan
metode praktek dapat dijelaskan dengan baik sehingga pelaksanaannya di lapangan
dapat berjalan dengan baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar